HUBUNGAN PENGGUNAAN AI CHATGPT TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SMA NEGERI BARENG JOMBANG

Perkembangan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 membawa dampak signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Salah satu inovasi yang banyak digunakan adalah Artificial Intelligence (AI), khususnya ChatGPT, yang menawarkan dukungan pembelajaran interaktif dan adaptif. Pemanfaatan ChatGPT dalam konteks pembelajaran. Pendidikan Agama Islam (PAI) berpotensi meningkatkan motivasi belajar serta keterampilan berpikir kritis siswa, meskipun penggunaan yang tidak terarah berisiko menimbulkan ketergantungan dan menurunkan kreativitas. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penggunaan ChatGPT dalam pembelajaran PAI, (2) mengukur kemampuan berpikir kritis siswa, dan (3) menganalisis hubungan penggunaan ChatGPT terhadap kemampuan berpikir kritis. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survei. Populasi mencakup 474 siswa kelas XI dan XII SMA Negeri Bareng, dengan sampel 217 siswa yang dipilih melalui proportionate stratified random sampling. Instrumen berupa angket skala Likert yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data dilakukan menggunakan uji prasyarat (normalitas dan linearitas) serta uji korelasi Spearman Rank untuk mengukur hubungan antarvariabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan ChatGPT berada pada kategori sedang hingga tinggi dengan rata-rata skor 145,07, sedangkan kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori sedang dengan rata-rata
skor 100,14. Uji korelasi Spearman menghasilkan nilai koefisien 0,656 dengan signifikansi 0,000 (< 0,05), yang menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara penggunaan ChatGPT dan kemampuan berpikir kritis siswa. Artinya, semakin optimal pemanfaatan ChatGPT, semakin tinggi pula kemampuan berpikir kritis siswa. Dengan demikian, ChatGPT dapat menjadi media pembelajaran yang efektif apabila digunakan secara bijak dan didampingi oleh guru, sehingga teknologi mampu memperkuat keterampilan berpikir kritis sekaligus tetap menjaga nilai-nilai spiritual dan moral dalam pembelajaran PAI.