INTERNALISASI NILAI-NILAI TOLERANSI DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI WONOSALAM DI KHUSUSKAN DI DUSUN PENGAJARAN DESA GALENDOWO

Belajar hidup dalam perbedaan adalah sikap hidup yang penuh toleransi, yaitu sikap menenggang rasa (membolehkan, membiarkan, menghargai), pendirian (bisa berupa pendapat, kepercayaan, kelakuan dan lain-lain) yang tidak sama atau bertolak belakang dengan pendapat diri sendiri. Penlitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1) Proses internalisasi nilai-nilai toleransi dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama di wonosalam di kususkan dusun pengajaran desa galendowo. 2) Faktor pendukung dan penghambat internaisasi nilai-nilai toleransi dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama di wonosalam di kususkan dusun pengajaran desa galendowo. 3). Sikap toleransi Masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Display Data), penarikan kesimpulan (Conclusion Drawing). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) Proses internalisasi nilai-nilai toleransi dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama membantu dalam melakukan aktivitas sehari-hari tentunya masyarakat sudah paham bagaimana caranya mereka menyikapi keputusan bersama,dan informan lain menyatakan bahwa masyarakat gilir gemanti untuk mewujudkan kedamaian,bisa mewujudkan kerukunan dengan memasukkan secara penuh kesadaran untuk kebaikannya. 2) Faktor pendukung dan penghambat internaisasi nilai-nilai toleransi dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama pendukung semuanya dan bisa dianggap 99,9% bisa saling mengerti,bisa diajak untuk membangun dusun ini, dan untuk yang kaku itu tidak banyak mungkin ada 1atau 2 bisa dapat untuk memahami. 3). Sikap toleransi Masyarakat dalam kegiatan apapun semua ikut partisipasi kita siasati dengan mengajak para tokoh agama masing-masing untuk membantu mengamankan dan menyukseskan kegiatan yang akan dilakukan. Informan lain menyatakan bahwa memang pengertiannya hanya segitu kami sebagai para perangkat saling menyadari. Mungkin mereka yang kaku kesadaran untuk menjalin kerukunan itu masih belum paham jadi solusinya tidak memaksakan.